1) Ragam pergaulan
Bahasa Gaul, Bahasa prokem merupakan bahasa pergaulan. Bahasa ini kadang
merupakan bahasa sandi, yang dipahamu oleh kalangan tertentu. Bahasa ini konon
dimulai dari golongan preman. Bahasa gaul adalah dialek nonformal baik berupa
slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan tertentu, bersifat sementara,
hanya berupa variasi bahasa, penggunaannya meliputi: kosakata, ungkapan,
singkatan, intonasi, pelafalan, pola, konteks serta distribusi.
Masa
remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan
kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat
kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia ujar "Sumarsana dan Partana, 2002:150"
Kehadiran
bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan tuntutan
perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan
perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakainnya pun terbatas pula di kalangan
remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar
lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain yang
berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada. Jadi,
kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah tidak
perlu dirisaukan karena bahasa itu masing-masing akan tumbuh dan berkembang
sendiri sesuai dengan fungsi dan keperluannya masing-masing..
Kata-kata
yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan
imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan
secara jelas dan teliti. Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan
(preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali
kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu
kejelasan kalimat. Contoh : (1) Ibu mengatakan, kita akan pergi besok (1a) Ibu
mengatakan bahwa kita akan pergi besok Pada contoh (1) merupakan ragam semi
standar dan diperbaiki contoh (1a) yang merupakan ragam standar. Contoh : (2)
Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu. (2a) Mereka bekerja keras
untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa),
sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk). Dalam laras jurnalistik
kedua kata ini sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik
termasuk ragam semi standar. Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang
membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang
dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam
Kalimat-kalimat
yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi
terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?”
“Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’.
Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas
adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam
lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.
2)
Ragam formal
Berdasarkan
situasi pemakaiannya, ragam bahasa terdiri atas tiga bagian, yaitu ragam bahasa
formal, ragam bahasa semiformal, dan ragam bahasa nonformal. Setiap ragam
bahasa dari sudut pandang yang lain dan berbagai jenis laras bahasa
diidentifikasikan ke dalam situasi pemakaiannya. Misalnya, ragam bahsa lisan
diidentifikasikan sebagai ragam bahasa formal, semiformal, atau nonformal.
Begitu juga laras bahasa manjemen diidentifikasikan sebagi ragam bahasa formal,
semiformal, atau nonformal. Ragam bahasa formal memperhatikan kriteria berikut
agar bahasanya menjadi resmi.
1. Kemantapan dinamis dalam pemakaian
kaidah sehingga tidak kaku tetapi tetap lebih luwes dan dimungkinkan ada
perubahan kosa kata dan istilah dengan benar.
2. Penggunaan fungsi-fungsi gramatikal
secara konsisten dan eksplisit.
3. Penggunaan bentukan kata secara
lengkap dan tidak disingkat.
4. Penggunaan imbuhan (afiksasi)
secara eksplisit dan konsisten
5. Penggunaan ejaan yang baku pada
ragam bahasa tulis dan lafal yang baku pada ragam bahasa lisan.
Berdasarkan
kriteria ragam bahasa formal di atas, pembedaan antara ragam formal, ragam
semiformal, dan ragam nonformal diamati dari hal berikut:
1. Pokok masalah yang sedang dibahas,
2. Hubungan antara pembicara dan
pendengar,
3. Medium bahasa yang digunakan lisan
atau tulis,
4. Area atau lingkungan pembicaraan
terjadi, dan
5. Situasi ketika pembicaraan
berlangsung.
Kelima
pembedaan ragam bahasa di atas, dipertegas lagi pembedaan antara ragam bahasa
formal dan ragam bahasa nonformal yang paling mencolok adalah sebagai berikut:
1.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti, misalnya:
Saya
dan gue/ogut
Anda
dan lu/situ/ente3) Ragam ilmiah
Sifat bahasa ragam ilmiah yang bersifat umum berhubungan dengan fungsi
bahasa sebagai alat untuk menyampaikan informasi ilmiah pada peristiwa
komunikasi yang terjadi antara penulis dan pembaca. Informasi yang disampaikan
tentu dengan bahasa yang jelas, benar, efektif, sesuai, bebas dari sifat
samar-samar, dan tidak bersifat taksa (ambigu). Salah satu yang membedakan
mereka dari masyarakat lain ialah penguasaan bahasa ragam ilmiah. Dapat
dinyatakan bahwa bahasa komunikasi ilmiah adalah dialek sosial mereka. Tanpa
penguasaan bahasa komunikasi ilmiah, sang ilmuwan tampak jinak dan kurang vokal
,ujar Alwasilah, 1993: 41".
4)
Ragam sastra
Ragam
bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur, konotatif,
kreatif dan inovatif. Dalam bahasa yang beragam khusus terdapat kata-kata,
cara-cara penuturan, dan ungkapan-ungkapan yang khusus, yang kurang lazim atau
tak dikenal dalam bahasa umum. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk
menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan,
penghayatan batin dan lahir, peristiwa dan khayalan, dengan bentuk istimewa.
Istimewa karena kekuatan efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara
penuturannya.. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara, panjang pendek
suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, posisi kata, ulangan
kata/kalimat dimana perlu dikerahkan untuk mempertinggi efek. Misalnya, bahasa
dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam karangan umum.
1.
Dilihat dari bentuknya, sastra terdiri atas 4 bentuk, yaitu :
- Prosa, bentuk sastra
yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh
aturan-aturan seperti dalam puisi.
- Prosa liris, bentuk
sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan bahasa yang
bebas terurai seperti pada prosa.
- Drama, yaitu bentuk
sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang,
serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua pengertian,
yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.
- Puisi, bentuk sastra
yang diuraikan dengan menggunakan habasa yang singkat dan padat serta
indah. Untuk puisi lama, selalu terikat oleh kaidah atau aturan tertentu,
yaitu :
·
Jumlah baris tiap-tiap baitnya,
·
Jumlah suku kata atau kata dalam tiap-tiap kalimat atau
barisnya,
·
Irama, dan
·
Persamaan bunyi kata.
2.
Dilihat dari isinya, sastra terdiri atas 4 macam, yaitu :
- Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara
obyektif tanpa mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang.
- Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan
pengarang secara subyektif.
- Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik
penikmat/pembaca tentang masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll.
- Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan
sesuatu kejadian(baik atau buruk) denan pelukisan yang berlebih-lebihan.
Labels:
Informasi,
What This?
Thanks for reading Macam Ragam dalam Bahasa Indonesia . Please share...!
0 Comment for "Macam Ragam dalam Bahasa Indonesia "
berkomentarlah dengan bijak